Konon, dahulu kala di bukit Ha Khe, pada malam-malam hari, sering ada nenek tua yang berwajah alim muncul di tempat ini dan mengatakan kepada semua orang bahwa akan ada raja lokal di sini untuk menghimpun roh suci, membuat Tanah Air menjadi kuat dan makmur.

Pada tahun 1601, ketika Raja Lokal Nguyen Hoang menguasai daerah Thuan Hoa, pada suatu kali naik kuda sepanjang tepian sungai Huong untukmempelajari posisi geografi, maka tiba-tiba melihat ada satu bukit kecil yang pepohonannya hijau mencuat di arus air yang romantis, posisi-nya laksana seekor naga yang menoleh ke belakang, raja lokal ini merasa senang, kemudian membolehkan orang membangun satu pagoda untuk menjaga “bumi baik” di sana. Dari situ, pagoda diberi nama: “Pagoda Thien Mu”. Mengerti tentang kesucian pagoda di kampung halaman-nya ini, meski hidup dan bekerja di tempat jauh, tetap saudara Nguyen Thanh Dat sedikitnya sekali setahun mengunjungi pagoda ini. Dia memberitahukan: “Saban tahun, saya sekali datang mengunjungi Pagoda Thien Mu karena itu adalah spiritualitas dalam hati saya. Dan setiap Hari Raya Tahun Baru Tradisional Imlek (atau Hari Raya Tet), saya berziarah ke pagoda. Setiap kali menikmati pemandangan pagoda, saya merasa lega, jiwa saya terasa ringan. Semua kesedihan dan problematik hilang”.
Pagoda Thien Mu membawa segi arsitektur yang khas dari Ibukota kuno Hue. Kalau dilihat dari atas, Pagoda Thien Mu secara umum laksana seekor kura-kura raksasa yang sakti sedang becermin di permukaan air Sungai Huong. Pagoda ini dikelilingi oleh dua putaran dinding dari batu.
Pintu Tam Quan (yaitu jalan masuk dengan tiga pintu gerbang) adalah pintu utama yang menuju ke pagoda ini dengan strukturnya 2 lantai, 8 atap.
Selanjutnya ialah menara Phuoc Duyen yang berlantai 7 tingginya 21 meter dibangun dari batu bata pada tahun 1844. Setiap lantai menara ada patung Buddha, di dalamnya ada satu tangga seperti rumah siput yang menuju ke lantai paling atas-tempat dimana dulu ada patung Buddha dari emas.

Di dalam pagoda ini, ada Istana utama Dai Hung. Di dalam istana, ada patung Martreya yang telinganya besar untuk mendengarkan keluhan-keluhan makhluk, perutnya besar untuk menenggang kesalahan massa rakyat, dengan mulut tertawa lebar. Juga di dalam istana ini, ada satu genta perunggu yang cukup besar dengan ukiran yang berbentuk mata hari dan bulan. Setiap suara genta sebagai jiwa Kota Hue bergema jauh menurut arus air Sungai Huong dan terendap dalam hati para wisatawan ketika datang mengunjungi pagoda ini. Saudara Phan Ngoc Tuyen asal Provinsi Hai Duong memberitahukan: “Hari ini, saya untuk pertama kalinya menjejakkan kaki di Pagoda Thien Mu, tetapi sulit melukiskan dengan kata-kata. Di tengah-tengah cuaca dan ruang yang teramat romantis di tepian Sungai Huong yang airnya biru dan bersih, pagoda ini semakin bertambah menjadi suci. Dulu, saya hanya tahu tentang Kota Hue melalui gambar, sekarang melihat Kota Hue sangat indah dan puitis. Hari ini, ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri, memang benar-benar indah dan tenteram”.
Di belakang Istana Dai Hung ialah Istana Dia Tang yang dibangun di fundasi Istana Martreya dengan segi-segi arsitektur yang unik. Di samping itu ialah Istana Kuan Im yang terletak di rumpunan pohon yangdihiasi secara sederhana tanpa motif.
Ketika datang mengujungi Pagoda Thien Mu, para wisatawan bisa menikmati pemandangan alam dan arsitektur tradisional yang tipikal dari pagoda di Kota Hue. Berlokasi di posisi tinggi dan berada dalam pekarangan pagoda, para wisatawan berkesempatan menikmati tikungan sungai yang mempesonakan dari Sungai Huong yang siang-malam mengalir terus-menerus. Dengan dikelilingi oleh pohon-pohon cemara, pohon hias dan danau karang, Pagoda Thien Mu memberikan ketenteraman yang sulit ada di tempat-tempat lain. Bapak Alain Maillochon, seorang wisatawan Perancis yang berdiri di bawah rimbunan pohon cemara di pagoda Thien Mu memberitahukan: “Viet Nam memang sungguh-sungguh merupakan satu negeri yang luar biasa. Ini untuk pertama kalinya saya datang ke Kota Hue. Saya menyediakan waktu 3 hari di kota ini. Saya merasakan bahwa pemandangan di Kota Hue sangat indah dan kuno, suasanya tenteram”.
Pagoda Thien Mu tetap selalu hidup dalam hati warga Kota Hue pada khususnya dan kebudayaan rakyat Viet Nam pada umumnya. Meski tidak ada banyak patung Buddha seperti halnya dengan pagoda-pagoda lain, tetapi secara umum, pekarangan pagoda ini laksana satu istana dan residensi dari para raja dan bangsawan masa dulu. Ketika menikmati pemandangan pagoda ini, para wisatawan seperti berjalan masuk ke ruang yang sepi dan puitis yang usianya sudah memakan waktu ratusan tahun. Para wisatawan ketika melangkah keluar dari pintu pagoda ini merasakan hatinya tenang, meninggalkan di belakang keresahan dan kekhawatiran.